Kemenangan Barack Obama dalam pemilihan presiden Amerika Serikat 2008 adalah fenomena besar. Obama menjadi presiden kulit hitam pertama dalam sejarah Amerika Serikat. Namanya yang terdengar ganjil, pengalaman politik yang minim, dan latar belakang kehidupannya yang tak banyak diketahui orang sempat membuatnya menjadi kandidat yang diremehkan. Petinggi Partai Demokrat lebih memperhitungkan Hillary Clinton sebagai penantang kuat Senator John McCain, calon presiden dari Partai Republik.
Namun Obama mampu membuyarkan semua prediksi dan analisis. Dari awalnya bukan siapa-siapa, hanya seorang mantan pekerja sosial di Kota Chicago dan senator muda wakil Negara Bagian Illinois yang pengalamannya sebatas menggolkan satu undang-undang federal, Obama melesat menjadi lawan tangguh McCain, sebelum akhirnya mengalahkannya secara telak.
Namun Obama mampu membuyarkan semua prediksi dan analisis. Dari awalnya bukan siapa-siapa, hanya seorang mantan pekerja sosial di Kota Chicago dan senator muda wakil Negara Bagian Illinois yang pengalamannya sebatas menggolkan satu undang-undang federal, Obama melesat menjadi lawan tangguh McCain, sebelum akhirnya mengalahkannya secara telak.
Beberapa orang berpikir kalau kemenangan Obama adalah sebuah mukjizat. Sebagian menekankan kata ”mukjizat” itu dengan nada sinis. Dengan kata lain bukan kapasitas pribadi Obama yang membuatnya menang, tetapi atmosfer dan situasi eksternallah yang banyak membantunya. Atmosfer yang dimaksud adalah kondisi psikologis masyarakat Amerika yang tengah mengalami krisis ekonomi. Amerika sedang berusaha menggali kembali nilai-nilai ideal bangsa yang tak membeda-bedakan warna kulit dan ras, sehingga kehadiran kandidat berkulit hitam sekalipun akan diterima sepanjang dia menjanjikan harapan pemulihan kondisi ekonomi. Di pihak lain, Partai Republik juga dipandang gagal memilih kandidat yang cakap sehingga pemilih tak punya pilihan lain selain berpaling ke Demokrat – walau track record kandidat Demokrat itu sendiri masih terhitung ”hijau”.
Jadi pada Intinya, di mata mereka yang sinis dengan kemenangan Obama, Obama terpilih karena rakyat Amerika tengah menjudikan nasib negaranya, bukan karena mereka memilih dengan pilihan sadar dan rasional untuk mendapatkan pemimpin yang cakap.
Namun bagi para analis yang obyektif, kemenangan Obama tidak terjadi karena faktor kebetulan, keberuntungan, atau hadiah dari Tuhan yang dijatuhkan dari langit begitu saja. Obama menang karna dia memang pantas menang.
Namun bagi para analis yang obyektif, kemenangan Obama tidak terjadi karena faktor kebetulan, keberuntungan, atau hadiah dari Tuhan yang dijatuhkan dari langit begitu saja. Obama menang karna dia memang pantas menang.
No comments:
Post a Comment